Ini kan blog gue, suka-suka gue dong mau publish apa.
![]() |
Unsplash |
Assalamualaikum sobat bloggers, apa kabarnya? Semoga kamu semua dalam kondisi sehat walafiat tanpa kekurangan satu apa pun ya, jiwa maupun ragawi.
Di postingan kali ini, saya mau ngajakin kamu untuk diskusi tentang kenapa sih, kita perlu membuat dan memublikasikan konten-konten berkualitas di blog kita.
Namanya juga diskusi, saya akan senang sekali kalau kamu mau menanggapi topik bahasan kita kali ini di kolom komentar dengan ide maupun pengalaman pribadimu dalam membuat konten untuk blogmu. Hopefully dengan begitu, kita bisa sama-sama belajar sama-sama tentang konten berkualitas.
Sebelum diskusi kita mulai, saya mau tanya dulu...kalian pernah nggak sih mendengar kalimat-kalimat di awal tulisan ini? Jika ya, silahkan isi kolom komentar dengan "Ya". Kalau nggak pernah, isi dengan "Tidak".
Kenapa Kita Ngeblog?
Tentunya masing-masing blogger/narablog, punya jawaban berbeda untuk pertanyaan ini. Mulai dari senang nulis, hingga ingin meraup pundi-pundi rupiah melalui blognya.
Saya pribadi awalnya, mulai ngeblog karena saya suka nulis dan blog adalah sebuah media yang sesuai buat saya menyalurkan hobi nulis ini. Untuk ini, sepertinya saya tidak sendiri bukan?
Dahulu, saya beranggapan kalau ngeblog itu ya sebatas nulis-publish-finish. Pokoknya tugas saya sebagai so-called-blogger selesai ketika saya menekan tombol Publikasikan. Pikir saya, setelah itu, maka tulisan saya (saya sebut tulisan aja, soalnya nggak pede mau nyebut artikel), maka otomatis akan masuk ke daftar di Google, sehingga orang akan dengan mudah menemukan tulisan saya tersebut ketika berselancar di mesin pencari, Google.
Ternyata, saya keliru.
Orang-orang nggak akan ada yang nemuin tulisan saya, walaupun saya udah kepedean seperti itu. Kenapa? Pertama, alasan teknis, saya waktu itu nggak tahu menahu tentang yang namanya Google Search Console dan pentingnya mendaftarkan blog kita ke situ.
Kedua, even saya udah daftarin, orang tetep aja nggak akan nemuin tulisan saya. Lah ngeblog aja baru kemaren, tulisan semrawut, topiknya juga not public alias ora umum, lalu apa faedahnya buat Google untuk merekomendasikan tulisan macam ini kepada khalayak netizen.
Karena itulah, saya sebagai penulis, mau nggak mau, suka nggak suka, mood ga mood, harus melakukan satu aktivitas lagi yang namanya promosi.
Mostly sih promosi ke media sosial seperti Facebook, Twitter, atau Instagram (ya walaupun untuk IG, perlu sedikit effort tambahan buat ngedit gambar biar makin menarik).
Dan di sini lah, kebingungan saya dimulai. Saat hendak mempromosikan tulisan saya di media sosial, kan rasanya kurang afdhol kalau cuma copas tautan tulisan tanpa dibumbui sedikit narasi promosi.
Masalahnya, saat saya hendak menyusun narasi promosi itu, lalu saya baca ulang tulisan-tulisan saya, sontak alis saya naik-turun dan mendadak kulit kepala jadi gatal walaupun barusan keramas.
Apa sebab? Ya tak lain dan tak bukan adalah kualitas tulisan saya itu yang kacau balau. Judulnya apa, isinya apa. Bener-bener Jaka Sembung naik ojek alias Nggak Nyambung Jek.
Akhirnya, saya jadi maju-mundur-mundur buat mempromosikan tulisan saya itu.
![]() |
Unsplash |
Menjaga Kualitas Konten, Perlukah?
Dari kejadian itu, saya jadi menyadari bahwa menjaga kualitas tulisan yang dipublikasikan di blog itu penting terutama untuk kita sendiri sebagai blogger-nya.
Alasan yang paling sederhana kenapa kita perlu menjaga kualitas konten kita tuh ya, memudahkan kita untuk mempromosikan konten itu.
Selain itu, ada beberapa poin lain yang recently saya pelajari tentang kenapa kita harus menjaga kualitas konten kita. Tar kalau kurang, tambahin ya.
1. Pertanggungjawaban Di Hari Akhir
Memang rasanya kok kemelipan ngomongin soal blog dan hari akhir. Namun, ini saya ya, sebagai seorang Muslim, saya percaya bahwa setiap yang kita kerjakan itu akan dimintakan pertanggungjawabannya kelak di hari kiamat.
Besar, kecil, maupun somewhere in between.
Kalau saya nggak menjaga kualitas konten saya, bikin konten asal-asalan, yang penting blog ter-update, entah isinya berfaedah apa nggak, terus pas Yaumul Hisab saya ditanyain soal konten-konten tak bertanggung jawab yang pernah saya buat, lak yo mumet seh.
Udah lah amalan baiknya nggak seberapa, dosa dan maksiat belum tentu diampuni, trus ditambah pula dengan konten-konten unfaedah yang pernah saya sebarkan.
Ya kalau konten-konten ga mutu dan unfaedah itu masuk kategori ora payu alias nggak laku. Lah kalau konten-konten itu ternyata ke mana-mana dan turut andil dalam menjerumuskan orang lain ke dalam dosa, lak malah ajur awak iki dek.
Jadi, ya memang ini balik lagi ke value masing-masing blogger sih, tapi kalau saya, yang kek gini ini jadi penting setelah kepergian kakak yang membuat saya sadar bahwa one day our time will surely come.
2. Menebar Manfaat Bagi Banyak Orang
Salah satu semangat blogging yang saya perhatikan dan pelajari dari mbak/mas blogger senior adalah sharing is caring.
Lah gimana caranya bisa sharing is caring kalau kitanya nggak care on what we share.
Tapi ini kan blog gue, ya suka-suka gue lah mau nulis apaan. Kalau nggak suka ya nggak usah baca. Gampang kan.
I thought so, sampai saya nyasar ke blognya Mbak Wiwied dan menemukan tulisan ini:
Meski ibusegalatau.com ini merupakan blog pribadi, namun blog ini berada di ruang publik. Siapapun bisa mengakses. Dan saat masuk ke ruang publik, semua butuh etika, perlu sopan santun dan tata krama. Menurut saya, etika membuat kita lebih profesional dan beradab. Ya bagaimanapun seorang narablog juga harus tetap profesional bukan?
Sepribadi-pribadinya blog yang kamu kelola, tetapi ketika kita ngeklik tombol Publikasikan, bukankah itu artinya kita secara tidak langsung memasuki ruang publik. Jadi, apakah tidak lebih bijaksana bila kita memastikan konten yang hendak kita masukkan ke ruang publik itu, kita cek dulu dan pastikan kualitas konten itu.
Memang tidak akan bisa sempurna karena kesempurnaan hanya milik-Nya. Namun, bukan berarti asal-asalan juga kan ya.
Mendiang Pak Dhe Cholik juga pernah mengemukakan hal yang serupa: Ngeblog Sing Enak Tapi Nggak Sak Enake.
![]() |
Sumber : Bang Aswi |
3. Kepuasan Pribadi
Jikalau membuat sesuatu dengan hati-hati dan asal jadi, capeknya sama, lalu kenapa nggak sekalian aja dibagusin. Jumlah keringetnya sama, tapi kepuasannya itu yang membuat perbedaan.
Pernah nggak, menerima pesan pribadi maupun apresiasi di kolom komentar blog tentang bagaimana konten yang kita publikasikan membantu atau menginspirasi orang lain yang membacanya?
Seneng kan?
Apalagi konten tersebut kita buat dengan susah payah, jungkir balik, salto hingga back flip. Walaupun konten itu tidak memikat hati dewan juri, tapi rasanya ada kepuasan batin ketika mengetahui bahwa ikhtiar kita menyajikan konten yang bermutu itu ternyata beneran membantu.
4. Personal Branding
Definisi sederhana dari personal branding adalah, apa yang orang katakan tentangmu saat kamu tidak ada, alias siapa kamu di mata orang. Secara umum, ada 5 komponen yang membentuk personal branding menurut Mbak Vicky Laurentina seperti yang diringkas oleh Mbak Bening Pertiwi:
- Citra;
- Skill/keterampilan;
- Perilaku;
- Reputasi; dan
- Value.
Sekarang, dengan adanya jutaan blogger tersebar di luar sana, kira-kira apa sih yang membuat kamu stand out dibandingkan mereka? Saat orang menyebut namamu, apakah mereka akan mengatakan, "Oh si Budi itu yang punya blog ABC yang isinya nggak jelas itu," atau "Oh Budi pemilk blog XYZ yang konten-kontennya keren dan mudah dipahami itu ya."
Personal branding itu terbentuk dari dua cara, disengaja dan mengalir seperti air.
5. Memudahkan Saat Promosi Konten
Ini alasan pribadi saya untuk mulai belajar menjaga kualitas konten yang saya publikasikan di blog ini. Supaya saya lebih mudah pas promosinya. Udah itu aja.
Ya sesederhana itu. Tentu saja, saya mengakui bahwa konten-konten yang saya publikasikan, nggak akan luput dari kesalahan. Namun, setidaknya saya pribadi merasa sudah ber-ikhtiar semampu saya, dan kalau ada missing-nya, saya akan sangat terbuka terhadap kritik maupun saran dari kalian, pengunjung blog ini.
Kesimpulan
Konten adalah raja, dan pembaca adalah ratunya. Belajar dari permainan catur, se-powerful-powerful-nya raja, mentok cuma bisa gerak 1 langkah. Bandingkan dengan sang ratu yang bisa muter-muter sampai ke ujung papan catur.
Hmm...analogi yang aneh hehehehe.
Ya intinya gitu lah. Menjaga kualitas konten-konten yang kita publikasikan itu memang perlu effort. Namun, at the end, kita juga kok yang merasakan manfaatnya. Trust me beib.
Jadi, menurutmu masih perlukah kita sebagai blogger atau content writer menjaga kualitas konten di dalam blog kita? Yuk saling sharing opini dan pengalaman pribadi masing-masing di kolom komentar.
Perlu banget sih, saya awal-awal buat konten juga masih nanggung-nanggung banget dan gak selesai. Tapi akhir-akhir ini akhirnya saya lengkapin, saya perbaharui lagi dan respon yang diberikan pun diluar perkiraan. Rasanya ada rasa puas diri lah menulis konten yang bisa memberikan manfaat kepada banyak orang, rasanya menyenangkan banget dan semangat buat konten lagi.
ReplyDeleteApalagi dulu pernah punya blog domain pi-sang.com, alhasil saya sering banget dipanggil "mas pisang dotcom tuh, mas pisang". Segitu banget dan itu sangat menyenangkan. Hihi
Hahaha....kenapa pakai pisang? Terinsipirasi dari pohontomat dot com jangan2?
DeleteIya sih, ya memang kembali ke value masing2 blogger. Cuman ketika postingan dibuat dengan 'lebih bijaksana' rasanya tuh lebih puas aja.
Hehehe dulu soalnya lagi waktu SMA gitu saya jualan keripik pisang mas, karena dirumah banyak banget pohon pisang kan, yaudalah suruh ibu goreng aja pisangnya terus aku jual di sekolah dan sekalian bantu ibu lah hhi. Karena laris saya lebarin sayap jual es lilin.. Sejak saat itu saya buat blog lah dengan nama pi-sang.com itu buat promosi.. hha
DeletePerlu banget mas. Mutu tulisan juga menunjukkan kualitas dan reputasi pemilik blog jadi harus dijaga juga. Hehehe
ReplyDeleteBetul mbak. Setuju banget saya.
DeletePerlu mas prim
ReplyDeleteKalau tulisan acak kadul juga bikin orang yang baca nggak nyaman dan nggak mau balik lagi ke blog
Walaupun nulisnya dari hati?
DeleteHarus dong, saya sebisa mungkin menulis yang ada nilai lebihnya dimata pengunjung minimal bisa menginspirasi. Tidak seperti 10 tahun yg lalu pas pertama ngeblog.. dimana yg penting bisa posting
ReplyDeleteSetuju Mas. What's the point of 'sharing is caring' if we don't even care on everything we share.
DeleteBerasa relate banget ama tulisan ini.. Aku dulu jg nulis di blog seadanya bgt, krn nggak menganggap blog sebagai media serius. Tp makin kesini, bener apa yg dibilang kakak sih.. Kalau bikin yg asal jd & yg bagus sama2 capek, knapa nggak dibagusin sekalian?
ReplyDeleteYa saya bisa nulis ini karena tulisannya mbak Wiwied juga toh. Makasih lho udah sharing insight yang sangat bermanfaat buat blogger partikelir kaya saya ini.
DeleteDulu waktu awal ngeblog kan di multiply, ya macam diary online. Lanjut pindah ke blogspot dan wordpress, ya kayak buku harian lagi wkwkkw.
ReplyDeleteTapi begitu beli domain, belajar SEO, berusaha bikin konten berkualitas. Salah satunya review (buku/film).
Ada yang bilang, gpp curhat, asal bermanfaat. Mungkin ya karena konteksnya itu masuk ke ranah publik ya. Kan jadi perlu sedikit effort lah buat lebih ati-ati.
DeleteWallahu a'alam kita kan nggak pernah tau apa yang orang pikirkan/rasakan/rencanakan setelah membaca tulisan kita.
Ya kalau terinspirasi tuk jadi lebih baik, Alhamdulillah. Lah kalau sebaliknya?
Kan ikut nanggung dosanya kita nih.
yass, setuju. menurutku perlu banget menjaga kualitas konten. di samping kita sebagai penulis juga bisa latihan jadi profesional, dari pihak pembaca tentunya bakal seneng kalo baca tulisan yang ada "isinya", niat, dan ga asal-asalan.
ReplyDeletesebagai pembaca, aku kadang merhatiin cara penulis menyampaikan idenya. runut atau tidak, kerangkanya rapi atau tidak. ssoalnya saya masih belajar mass
Saya juga masih belajar untuk memperbaiki kualitas tulisan saya mbak, salah satunya ya dengan banyak baca. Somehow membaca tulisan orang lain merupakan cara yang lebih baik untuk memperbaiki kualitas tulisan daripada mempelajari teknik menulis (artikel/podcast/video).
DeletePerlu banget mas, meskipun kadang akhirnya jadi beban yang memberatkan saat akan menulis dan bikin kena writers block lagi untuk kesekian kalinya ahaha.
ReplyDeleteMeski memang jadi tempat curhatan, blog juga memang bisa jadi satu sudut suara yang mempengaruhi orang banyak. Mangkanya, meskipun suka nge-share sekenanya dan semau-e dewek, tapi mostly aku tetap filter ide-ideku kalo pas nulis.
Hmm...mungkin nggak perlu terlalu extreem to extreem Mas. Maksudnya, jangan sampai karena mengejar kesempurnaan akhirnya nggak nulis-nulis.
Deleteperlu dong konten bermutu tapi dulu saya belajar sendiri sampe akhirnya menemukan cara ngeblog saya sendiri meski isi blognya curhat tapi setidaknya ada sesuatu yang bisa dijadikan pelajaran buat yang baca..
ReplyDeleteIya, kalau yang saya baca dari tulisan-tulisan mbak herva itu, walaupun curhat, tapi dirimu mengemasnya dengan cukup baik sehingga ada value-nya buat yang baca.
DeleteMenurut saya perlu mas Prima, meski saya nggak tau dengan pasti patokan bermutu itu apa, tapi buat saya yang penting based on standard saya, tulisan saya cukup oke untuk di-publish dan dibaca teman-teman 😆
ReplyDeleteDan seperti yang mas Prima sebutkan di atas, walau blognya adalah blog saya, tetap saja nggak boleh asal isi, jadi biasanya setiap kali menulis, saya baca ulang dulu berkali-kali dan memikirkan dengan matang, perlu dipublish apa nggak 😂
By the way thank you for sharing, mas 🥳
Hai Mbak Eno, it's been a while since your last visit on my previous blog yang sekarang sudah almarhum,
DeleteKalau menurut saya bermutu itu memang subjektif ya. Karena tiap-tiap blogger punya standar mutunya sendiri. Ya macam perusahaan gitu, kan punya standar masing-masing, tergantung value mereka.
Saya awal memulai blog juga cuma buat have a fun aja, Kak. Nulis cerpen atau cerita bersambung gitu. Semakin kesini kok ya seperti ada yang kurang gitu kalau cuma nulisnya seputar fiksi aja. Jadi belajar lagi untuk menulis hal-hal yang lebih baik. Hehehe
ReplyDeleteYok semangat yok upgrade kualitas tulisannya. Saya juga masih perlu banyak belajar ini.
DeleteIya betul sekali, terkadang kita perlu menuliskan sesuatu yang bermanfaat di blog, hanya saja beberapa orang memiliki blog hanya untuk kebutuhannya dia sendiri,belum mencakup untuk kebutuhan publik.
ReplyDeleteHanya saja, sedikit banyak, hal itu akan merubah sudut pandang si penulis, yang awalnya dia menulis untuk sendiri, lama lama dia sadar bahwa tulisannya juga dibutuhkan dan dibaca oleh orang lain, sehingga kemudian hal ini membuatnya merubah cara penulisan dan penyampaian jadi lebih baik lagi
Proses perbaikan sambil jalan ya Mas. Seiring dengan banyak bergaul dengan blogger lain, blogwalking, semoga teman-teman blogger bisa makin kece tulisan-tulisannya.
DeleteSame goes for me hehehe.
Aku juga masih belajar nih bikin konten berkualitas. Sebenarnya kangen juga sih kayak di mp dulu nulis buat curhat aja tapi entah kenapa sekarang rasanya nggak mau lagi terlalu banyak umbar cerita diri di blog
ReplyDeleteGpp mbak umbar cerita di blog, cuma ya itu...karena masuk ranah publik, jadi perlu lebih ati-ati waktu ngepublish.
DeletePernah, mas Prim. Menurut saya, menjaga kualitas konten itu perlu. Minimal dengan memperbaiki tata tulis, walaupun gak sesuai EYD 100%, setidaknya gak bikin sakit mata yang baca :D Selain itu, isi tulisannya juga, biasanya saya pikir2 dulu apakah hal itu patut saya tulis, kalau gak, ya saya hapus aja. Untuk promosi, saat ini saya cuma submit url di form setoran 1M1C dan blog walking. Kalau promosi ke keluarga, teman, atau sanak saudara, malu saya :P
ReplyDeleteHahaha...gpp kali mbak, coba sekali-sekali uji nyali, bikin konten yang bener-bener dijaga kualitasnya...terus share deh ke temen-temen dan keluarga.
DeleteWorst scenario-nya di-cie2in hahaha.
Share opini atau pengalaman kamu tentang topik tulisan ini di sini. Share juga tulisan ini temen-temenmu, jika menurutmu bermanfaat.
&Joy!