Contoh nih, pernah nggak kamu mengalami ketika lagi jalan-jalan atau berkendara, tiba-tiba ada benda kecil yang mengenai matamu? Apa yang kamu lakukan ketika itu? Secara reflek, mata kamu akan menutup untuk mencegah ada objek lain yang masuk ke mata. Atau saat tubuhmu mengeluarkan keringat untuk mendinginkan dirinya ketika suhu di luar lagi hot-hotnya.
Luar biasa bukan?
Yang lebih hebat lagi, selain secara fisik, kita juga memiliki kemampuan untuk melindungi mental kita ketika terjadi situasi dan kondisi yang mengancam dan membuat kita tak nyaman. Mekanisme ini yang oleh Sigmund Freud, salah satu tokoh psikologi disebut sebagai defense mechanism atau mekanisme pertahanan ego.
Apa Dan Kenapa Kita Melakukan Defense Mechanism (DM)
Sederhananya DM adalah perilaku yang kita lakukan tanpa sadar ketika berhadapan dengan konflik atau situasi-situasi tidak nyaman sebagai cara kita melindungi diri kita dari perasaan-perasaan yang tidak kita inginkan seperti perasaan bersalah atau rasa malu.
Is it normal?
Tentu saja perilaku ini merupakan hal yang normal dan wajar, karena seperti refleks kita untuk menutup mata ketika sebuah objek melintas di depan mata dan kita anggap sebagai sebuah 'ancaman'. Bedanya, DM adalah proses untuk melindungi keamanan mental kita.
Kenapa sih kita melakukan DM? Setidaknya ada beberapa alasan umum, kenapa kamu dan saya melakukan DM, antara lain:
- Strategi psikologis untuk menangani stres secara positif;
- Sebagai dalih untuk melindungi diri dari perilaku tidak sehat;
- Menghindar untuk menghadapi emosi yang menyakiti;
- Pelarian dari rasa sakit saat merasa terancam; dan
- Jeda mental untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam hidup
Pada sebagian orang, DM digunakan secara positif dan konstruktif, tapi ada juga yang menggunakan DM secara tidak sehat. Apa saja sih DM yang umumnya orang gunakan saat menghadapi konflik atau situasi-situasi tidak menyenangkan? Yuk cari tahu lebih lanjut, mungkin beberapa strategi ini pernah kamu atau temen kamu lakukan.
10 Strategi Defense Mechanism Yang Umum Orang Gunakan
1. Denial (Penolakan)
Seperti namanya, strategi DM ini adalah ketika kamu menolak menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan atau keinginanmu, walaupun kenyataannya udah jelas ya seperti itu di mata orang lain.
Saya sendiri melakukan ini ketika mendengar kabar bahwa kakak saya yang dirawat di rumah sakit karena Covid 19 menghembuskan nafas terakhirnya, setelah semua yang kami upayakan. Mulai hunting tabung oksigen hingga mencari alternatif pengobatan untuknya.
It's just hard to believe kalau Tuhan sudah mengirim utusan-Nya untuk menjemput kakak saya ketika itu.
2. Proyeksi
Strategi DM ini adalah ketika seseorang memproyeksikan perilaku buruknya kepada orang lain. Dengan kata lain, kamu mengatribusikan perilakumu yang kamu nggak inginkan kepada orang lain. Ibaratnya, kamu seperti nge-tag orang lain dengan this so called unwanted behavior of your.Contohnya nih, kamu nggak suka dengan perilaku atasan atau pasanganmu. Alih-alih kamu mengakui dan menerima kalau kamu nggak suka, kamu menganggap mereka lah yang nggak suka sama kamu, karena kamu percaya kalau perilau tidak menyukai orang lain ini adalah perilaku yang tidak bisa diterima oleh superegomu.
3. Repression (Memendam)
Kenangan pahit, pengalaman traumatis dan patah hati are sucks, ya kan? Bagi beberapa orang, alih-alih menghadapi pikiran atau perasaan menyakitkan ini dengan benar, mereka secara tidak sadar 'memendam' atau menyembunyikan perasaan tersebut. Ada yang pura-pura lupa, ada yang ngeblok seluruh pikiran mereka dan beberapa mematikan perasaan mereka.
Repression adalah cara untuk 'menjadi baik-baik saja saat ini' karena kenangan menyakitkan itu nggak akan bisa hilang seluruhnya. Ibaratnya kamu menyapu rumah tapi kotoran-kotorannya kamu sembunyikan di bawah sofa, lemari, atau kasur. Memang kotorannya nggak terlihat, tapi kan itu masih di situ.
Alih-alih menghadapi pikiran atau perasaan ini secara sehat, perasaan-perasaan ini bisa memengaruhi perilaku seseorang, mengubah suasana hati mereka dan berdampak pada relasi mereka dengan orang lain.
4. Regresi
Contoh sederhananya nih, orang dewasa menggigit-gigit kuku atau ujung pensil ketika merasa cemas atau tertekan sebagaimana yang ia lakukan dulu ketika masih kecil.
5. Displacement (Pengalihan)
Contoh nih yang paling sering saya lakukan (and I don't take this proudly) adalah ketika saya sedang stres tingkat dewa dengan tingkah polah orang-orang di pekerjaan saya, kemudian saat sampai di rumah, saya marah-marah nggak jelas ke Bio.
Sebuah reminder buat kamu dan saya, yuk jangan pernah mengalihkan perasaan negatif kita terhadap orang lain kepada orang-orang yang kita cintai.
6. Reaksi Formasi
Contoh nih, kamu ikut lomba blog bareng sama sahabatmu sesama blogger. Kalian saling support dan saling menyemangati selama proses pengerjaan artikel. Eh ternyata ketika pemenang diumumkan, hanya ada nama sahabatmu di tiga besar pemenang lomba blog tersebut.
Deep down kamu sedih, kecewa dan marah, karena merasa artikelmu lebih layak menang daripada punya sahabatmu. Namun, karena melibatkan sahabatmu sendiri, kamu menunjukkan perilaku yang berkebalikan dari apa yang kamu rasakan, dengan turut memberi selamat dan mengesankan seolah-olah kamu turut berbahagia dengan pencapaian sahabatmu itu.
Sampai sini paham?
7. Rasionalisasi
Di sini kamu mencoba membuat dalih perilaku burukmu sebagai penyebab dari kejadian buruk yang kamu alami.
Rasionalisasi di satu sisi memiliki manfaat positif dengan mencegah kamu jadi overthinking atau cemas berlebih ketika mengalami hal buruk.
Dalam rasionalisasi, yang terjadi adalah ketika kamu berhasil mencapai sesuatu, kamu menganggap pencapaian itu karena keahlian dan keterampilan yang kamu punya, tetapi saat gagal kamu merasionalisasi kegagalanmu itu dengan menyalahkan keadaan atau orang lain di luar kendalimu.
8. Sublimasi
Misalnya, ketika kamu stres dengan pekerjaan dan segala drama di dalamnya. Alih-alih melampiaskannya ke keluargamu, kamu pergi ke gym atau menulis dan hal-hal positif dan konstruktif lainnya.
Saya ingat pernah menggunakan strategi ini ketika saya sedang ngambek sama pasangan dan melampiaskannya dengan nyabutin rumput di halaman belakang. Kamu pernah melakukan sublimasi?
9. Kompartementalisasi
10. Intelektualisasi
Misalnya, kamu baru saja kehilangan pekerjaanmu. Alih-alih meratapi nasib dan mengutuk orang-orang yang menurutmu andil dalam situasi yang kamu hadapi, kamu memilih untuk mencari lowongan pekerjaan di tempat lain atau menggunakan kesempatan ini untuk mengasah keterampilanmu dan melakukan sesuatu yang benar-benar jadi passionmu.
Kesimpulan
Ketika ada sesuatu yang mengancammu, apa sih reaksi pertamamu? Tentu saja kamu akan mempertahankan dirimu bukan? Jadi DM merupakan sesuatu yang alamiah dan normal, karena kita semua menggunakan DM untuk mempertahankan diri dari hal-hal yang mengancam mental kita seperti perasaan bersalah atau kecemasan.
Walaupun demikian, ada beberapa DM yang jika kita gunakan terus menerus akan menjadi tidak baik bagi diri kita dan relasi kita dengan orang lain. Karenanya, kamu dan saya perlu terus menerus melatih keterampilan kita untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah secara sehat, aman dan konstruktif.
Dari 10 strategi defense mechanism yang saya tulis ini, mana yang sering kamu gunakan dan di situasi-situasi seperti apa biasanya kamu menggunakan strategi tersebut?
Share yuk pengalamanmu di kolom komentar.
aku kayaknya lebih sering poin nomor 3 deh. apa-apa dipendem sendiri dulu haha entah baik atau buruk, tapi sekarang lagi belajar buat mengekspresikannya hehe
ReplyDeleteSelama kita menggunakannya tepat dan bijak, its fine. Yang jadi masalah adalah ketika udah nyaman dengan satu strategi DM dan dipakai terus2an 'hanya' untuk membuat diri merasa nyaman.
DeleteRasanya aku pernah ngalamin semuanya deh
ReplyDeleteWaktu bapak meninggal, lalu beberapa bulan kemudian ibu dan adik2ku sekeluarga kena covid, rasanya hatiku hancur sehancur-hancurnya. Saat itu rasanya semacam melayang-layang dan gak siap terima kenyataan
Beberapa kali juga ngalamin reaksi formasi ketika bertemu dengan suatu masalah yang terasa mengecewakan. Tapi ya memang pada akhirnya harus pelan-pelan mengendalikan diri sendiri agar tak sampai berlarut-larut jadi sedih dan marah
Memang strategi DM yang kita lakukan itu seringkali tanpa sadar. It just did. Namun, kita bisa kok melatih.
DeleteKeingat jaman kuliah pas dapat materi DM ini. Dari kesemuanya pernah saya lakukan semua. Reaksi paling sering sij regression, nangis
ReplyDeleteYuk belajar untuk diperbaiki cara meresponnya 🤗
DeleteSeringnya mendam sih, abis tuh baru diceritaiin ke orang terdekat
ReplyDeleteGimana kemudian setelah cerita? Be better or just feel better?
DeleteWah banyak istilah baru bagi saya nih. Pengennya bisa melakukan yg tiga terakhir, sbagai defens mechanism
ReplyDeleteSaya juga, tapi itu perlu dengan sengaja dipelajari dan dibiasakan.
DeleteTahap DM yang pertama, denial pasti sedikit banyak pernah dialami semua orang tanpa disadari. Yang penting adalah bisa belajar menerima dan damai dengan diri sendiri dulu.
ReplyDeleteSetuju mas, udah alamiah ketika ada yang ga sesuai harapan dan kenyataan itu kitanya menolak. Namun, kita bisa belajar merespon dengan lebih baik dan sehat.
DeleteOh rupanya kalau emak-emak marah terus beralih ke ngosek toliet tu namanya sublimasi yaa... Bagus juga. Tapi aku jarang banget sih, melakukan self DM dengan sublimasi wkwk.
ReplyDeleteBtw, aku penasaran 'Bio' tu siapa kak? Maksudnya nama apa? Wkwk receh bet ini pertinyiin
Hahaha...iya, penyaluran yang sehat. Bio itu anak istri saya mbak. 😂
DeleteSejujurnya aku orang yang cukup rasional, semakin dewasa berarti berfikir hati-hati dalam bertindak dan menyalurkan emosi. Jadi aku selalu mencoba untuk pakai nomor 8 alias sublimasi.
ReplyDeleteSayangnya, kadang memang gabisa sepenuhnya berhasil si. Pas emosi membludak memang ga berani rusakin barang, ga berani nabokin orang, ga berani banting ini itu. Tapi jatuhnya jadi lebih ke nyalahin diri sendiri atas segala problema, yang ujung-ujungnya malah jadi nyakitin diri sendiri. Semisal jedotin pala ke pintu atau nonjok kepala sendiri sampe benjol gede (iya, serius).
Well, semoga perlahan aku bisa nemuin DM yang lebih baik ya ke depannya.
Pada dasarnya DM ini kan terjadinya otomatis, tanpa sadar. Namun kita bisa kok mas belajar dan melatih strategi DM yang aman dan sehat buat kita.
Deletewah banyak banget info yang belum saya ketahui, mantap mas, terima kasih informasinya.
ReplyDeleteSemoga bermanfaat.
DeleteJujur saja, saya termasuk golongan denial, regresi dan pengalihan. Ingin rasanya menjadi tipe yang terakhir, jadi setiap keputusan kita jadi lebih rasional. Dan memang sedang melatih untuk tipe yang terakhir.
ReplyDeleteSemangat untuk terus melatih strategi DM yang lebih sehat dan konstruktif mas.
DeleteAku pernah merasakan semua reaksi ini, tapi sekarang ini lebih sering dalam reaksi sublimasi. Kalau sdg berada di situasi tak menyenangkan gitu pasti aku mencari hal2 yg bisa berdampak positif atau yg menyenangkan seperti me time dgn menulis begini mas, hehe
ReplyDeleteWriting is healing ya mbak. Senang mendengarnya 🙂
DeleteAku sublimasi banget keknya hha, kadang kalau stres gitu kalau gak ngeblog, ngoding, cari cuan, atau sekedar ngajak orang lain ngobrol random bareng bahas random yang bisa bikin cerita lagi..
ReplyDeleteBelum lama ini saya mengalami hal buruk yang bikin shock karena gak pernah nyangka ini terjadi. Jujur aja sampe saat ini, saya masih dalam fase denial, namun agar semua terlihat baik-baik saja saya mencoba menampilkan perilaku normal seolah gak terjadi apa-apa
ReplyDeleteBeberapa hal di atas cukup sering kulakukan sih kayak mengalihkan kemarahan ke orang lain atau pura-pura senang padahal hati dongkol. Hehe. Ternyata hal-hal kayak gitu namanya defense mechanism yaa yang Secara alami hadir dari diri kita saat menghadapi situasi tertentu
ReplyDeleteKecerdasan manusia saat sedang mengalami masalah yaa..
ReplyDeleteAku sepertinya sering mengalihakn sesuatu dan ini termasuk dalam Defense Mechanism manusia.
nampaknya poin 4 dan 5 yang selalu ada mengikutiku deh Kak, suka marah-marah gak jelas gitu deh jadinya karena tidak sesuai keinginan.
ReplyDeletenomor 8 itu paling bagus sih ya emang, kalau bisa defense tiap hari, semua bisa bersih deh ya karena dilampiaskan dengan baik :D
Cenderung ke 1, 3 atau 5 nih mas Prim. Berusaha ke teknik sublimasi, tapi masih belum berhasil. Hahaha.. ðŸ¤
ReplyDeleteTernyata DM ini salah satu tindakan yang sudah nggak asing dilakukan tapi aku baru tahu istilahnya sekarang. So far, poin 1,3,7 itu saya banget hehe
ReplyDeleteShare opini atau pengalaman kamu tentang topik tulisan ini di sini. Share juga tulisan ini temen-temenmu, jika menurutmu bermanfaat.
&Joy!