Pernah nggak terheran-heran saat anak kamu yang lucu dan manis itu, tiba-tiba pulang dengan segebok kosa kata kasar, umpatan dan makian? Lalu kamu bertanya-tanya, "Ni anak niru siapa sih?!"
Ini juga yang saya alami dengan Bio. Anak saya yang lucu, imut dan menggemaskan itu tiba-tiba pulang dan mengatai neneknya dengan sebutan, "Babi!"
Ceritanya, karena tidak sempat masak, kami nitip ke Ibu untuk dimasakkin makanan. Nanti tagihannya dibagi dua. Jadi, setiap sore setelah menjemput Bio sekolah, kami mampir untuk mengambil makan malam, sekalian mandi sore setelah aktiivitas seharian.
Nah, waktu itu saya yang sedang menyiapkan air panas untuk mandi Bio diberi tahu ibu kalau tadi Bio mengatai ibu dengan sebutan "babi".
Karena tahu bagaimana karakter saya, sebelumnya ibu meminta saya untuk tidak langsung memarahi Bio. Saya yang naik darah, akhirnya berusaha untuk menenangkan diri sambil mikir,
gimana ya cara yang tepat untuk ngomongin hal tersebut ke Bio.
Singkat cerita, saya lalu menemani Bio mandi sore. Sesaat sebelum mandi, saya bilang ke Bio bahwa tadi Utinya cerita kalau Bio mengatainya dengan sebutan "Babi". Saya berusaha untuk menjaga intonasi suara agar tetap flat.
Lalu, Bio pun menceritakan alasan Bio mengatai Utinya dengan sebutan "Babi" itu.
Jadi menurutnya, Bio merasa kurang nyaman dengan Utinya yang terus-terusan nuturi dia. Lalu karena emosi, akhirnya terucap lah kata tersebut kepada Utinya.
Alhamdulillah nggak tahu kenapa, saat itu saya kok cukup bisa menahan diri untuk tidak auto marah dengan perilakunya itu. Padahal biasanya, belum selesai Bio menjelaskan, kalau menurut saya yang dia lakukan itu salah, seketika itu pula saya berondong dia dengan kata-kata penuh kemarahan. Ending-nya, dia sedih, saya feel guilty.
Tapi, saat itu, alih-alih memotong penjelasannya, saya hanya diam dan mendengarkan dengan seksama bagaimana kejadian tersebut dari mata Bio.
Lalu, setelah ia selesai dengan ceritanya, saya tersenyum.
Kemudian, saya berlutut agar kepala saya sejajar dengam kepala Bio. Setelah itu, saya sampaikan bahwa saya mengerti dan memahami apa yang ia rasakan.
Namun, saya menambahkan bahwa apa yang ia lakukan itu juga kurang tepat dilakukan dari sisi kesopanan. Ia mengangguk dan menyadari bahwa perilakunya itu, salah.
Bio pun mengakui kesalahannya dan berjanji tidak mengulanginya lagi.
7 Alasan Anak Berkata Kasar
Tahukah kamu langkah awal untuk menyelesaikan masalah? Ya, mengetahui akar masalahnya. Logis dong, masa iya kamu mau menyelesaikan sesuatu yang kamu nggak tahu apa itu. Ngerjain soal ujian kalau nggak ada soalnya ya susah juga kan.
Sama halnya dengan masalah anak berkata kasar ini. Kamu sebaiknya perlu tahu dulu, nih anak kenapa sih kok ngomongnya jadi gini. Jangan-jangan niru kamu.
Nah loh... .
Mengutip dari artikel
Devi Ari Rahmadani, ada 7 hal yang menyebabkan anak-anak berkata kasar. Yuk cari tahu, supaya bisa tepat penanganannya.
1. Mendengar Dari Orang Lain Di Lingkungan Sekitar
Salah satu tantangan menjalani kehidupan pasca lockdown adalah, kembali berhubungan dengan orang lain.
Kalau orang lain itu punya value yang sama dengan value kamu sih, nggak masalah. Yang jadi masalah adalah ketika value mereka berbeda atau bahkan bertolak belakang dengan value kamu.
Dan yang lebih jadi masalah lagi, nggak mungkin juga kan kamu mengurung anak selamanya, membuatnya terisolasi dari dunia luar...emm...nggak mungkin kan?
Untuk mengantisipasinya, ada effort lebih yang perlu kamu lakukan, yaitu selalu mengawasi orang-orang di lingkungan sekitar anak. Pastikan tidak ada ‘contoh’ berkata kasar di situ.
Bila memang ada, beri tahu anak arti kata-kata tersebut dan maknanya. Jangan ditutup-tutupi, karena semakin ditutupi, anak akan makin penasaran dan ingin tahu.
Jadi, bukankah lebih baik bila anak tahu dari sumber yang terpercaya, orang tua mereka?
2. Tayangan Yang Tidak Sesuai Umur
Salah satu alasan orang tua perlu mendampingi anak-anak mereka saat menonton TV atau pun media lainnya, seperti Youtube adalah untuk mengontrol tayangan apa yang layak mereka konsumsi.
Ini saya alami juga dengan Bio.
Beberapa kali saya memergoki dia sedang menonton sebuah
channel Youtube yang, isinya si Youtuber sedang bermain sebuah game online.
Aman, tidak tampak ada bahayanya sama sekali. Sampai akhirnya si Youtuber ini mulai mengeluarkan kata-kata kasar, sumpah serapah yang...baginya (mungkin) adalah sesuatu yang biasa.
Seketika itu pula saya
shock. Bagaimana tidak, seketika itu pula Bio langsung menirukan kata-kata si Youtuber itu.
Lalu, saya berusaha menjelaskan tentang arti dan makna dari kata-kata tersebut. Agak kepayahan memang, karena Bio sudah menangkap ucapan tersebut sebagai sesuatu yang
fun.
3. Mendengar Dari Orang Tua
Harus diakui, memang peribahasa guru kencing berdiri, murid kencing berlari itu berlaku juga di rumah. Hanya saja yang jadi gurunya adalah kamu, orang tuanya, dan anak jadi muridnya.
Namanya hidup, kadang-kadang ada saja hal-hal yang bikin frustasi, marah dan kecewa, yang pada akhirnya menstimulasimu untuk berkata-kata kasar.
Celaka dua belas, suaramu terdengar oleh telinga kecil anak. Akhirnya, anak pun meniru kata-katamu itu.
Tidak mudah memang, I know, tapi sebagai orang tua, kamu perlu berusaha untuk mengendalikan diri, karena kata-katamu, perilakumu itu akan ditiru oleh anak. Jadi, pastikan kamu memberi contoh perilaku maupun kata-kata yang kamu mau anakmu tiru.
4. Merasa Tertantang Saat Diingatkan
Setiap anak punya karakter masing-masing. Pendekatan yang harus dilakukan pun berbeda-beda. Apa yang berhasil dengan seorang anak, mungkin tidak berhasil bila diterapkan pada anak lainnya.
Kalau kamu memiliki anak dengan karakter keras, bisa jadi ia akan melawan dengan keras, ketika kamu menegur atau mengingatkannya dengan keras.
Karenanya, kamu perlu belajar memahami karakter dasar anakmu itu seperti apa dan yang terpenting, pendekatan seperti apa yang harusnya kamu lakukan saat berkomunikasi dengannya.
Nggak perlu protes, toh salah satu faktor terbentuknya sifat itu adalah genetis. Jadi, ya kalau si anak memiliki karakter keras dan ‘suka melawan’, mungkin itu...faktor genetis.
5. Tidak Tahu Dampak Kata-Kata Kasar Bagi Orang Lain
Anak-anak memiliki pengalaman dan pengetahuan yang terbatas. Di sinilah, peran kamu sebagai orang tua untuk mengajarkan apa yang baik dan tidak pada mereka.
Salah satunya, dampak kata-kata kasar tersebut bagi orang lain. Misalnya, menyinggung perasaan orang lain, membuat orang lain merasa sedih, marah dan lainnya.
Melarang anak berkata kasar itu baik, tetapi memberi penjelasan tentang kenapa mereka dilarang berkata kasar itu juga tak kalah penting.
6. Dia Kira Itu Lucu
Kamu juga pernah jadi anak-anak kan, pasti tahu lah bagaimana ‘kerasnya’ kata-kata teman di sebuah lingkaran pertemanan, apalagi kalau sudah teman dekat.
Mau sekebun binatang diucapkan pun nggak jadi masalah. Malah jadi lucu-lucuan. Yang nggak lucu itu ketika dipakai ke orang lain seperti yang Bio lakukan kepada utinya.
Sekali lagi, ini adalah panggilan tugas untuk orang tua supaya memberi penjelasan dan pemahaman pada anak, mana yang lucu dan mana yang bikin orang lain mecucu.
Ingat, mereka adalah anak-anak yang belum tahu banyak. Jadi beri tahu, jangan ujug-ujug memarahi mereka.
7. Tidak Tahu Arti Kata-Kata Yang Dia Ucapkan
Pernah dengar ini, “Ya namanya juga anak-anak.”
Ya namanya juga anak-anak, masih seneng-senengnya mencoba hal baru dengan cara meniru, walaupun artinya saja, mereka tak tahu, yang penting niru.
Karena mereka tidak tahu, atau lebih tepatnya belum tahu, tugas kamu untuk memberi tahu mereka arti kata-kata kasar tersebut.
Kesimpulan
Anak-anak adalah peniru ulung, itulah cara mereka belajar, dengan mengamati lingkungannya dan meniru. Mereka belum tahu apakah yang mereka tiru itu benar atau salah. Jadi, tugas kamu sebagai orang tua untuk membimbing dan mengarahkan mereka.
Ya, ini never ending PR juga buat saya sih. Secara saya juga cukup 'mudah' berkata kasar. Well, bukan kata-kata kasar umpatan atau makian memang, tapi bentakan...not even better ya.
Poinnya, kamu dan saya perlu sama-sama pahami kalau anak-anak saat ini sedang dalam proses belajar dengan cara meniru apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan.
Semoga setelah mengenal hal-hal yang menyebabkan anak-anak berkata kasar ini, kamu bisa lebih bijak dalam bersikap, ketika anak berkata kasar.
Jangan lelah untuk bersabar menghadapi tingkah polah mereka ya. Tetap jaga kewarasan dan cintai mereka sebagaimana mereka adanya. Karena kamulah, cinta pertama mereka.
Punya pengalaman ketika anak-anak berkata kasar? Yuk share pengalamanmu di kolom komentar.
Share opini atau pengalaman kamu tentang topik tulisan ini di sini. Share juga tulisan ini temen-temenmu, jika menurutmu bermanfaat.
&Joy!